Sentra: Sebuah Sekolah Kehidupan
Oleh: Masyhari*
Tujuan pendidikan bukanlah untuk menambah pengetahuan, melainkan untuk meningkatkan kualitas hidup. Demikian kata seorang pakar pendidikan, Jean Piaget.
Manusia tidak hanya membutuhkan kecerdasan akademik, semisal membaca, menulis, berhitung, mahir berbahasa asing, dan ilmu pengetahuan lainnya. Seorang anak perlu diajarakan cara berpikir, karakter, cara hidup yang benar dan berlatih untuk mengarungi perjalanan panjang kehidupan di masa depannya. Peningkatan kemampuan akan berlangsung secara alamiah. Anak akan memukan pengetahuan itu sendiri dan mampu menggunakannya untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan baru (hlm. 27).
Buku berjudul “Sentra Inspiring School: Membangun Kecerdasan dan Kemampuan Anak Sejak Usia Dini, Demi Masa Depan yang Cemerlang” ini ditulis oleh Rhenald Kasali. Rhenald merupakan sosok tokoh yang sudah sangat terkenal terutama di kalangan dunia ekonomi dan manajemen. Selain aktif sebagai dosen dan guru besar di FEUI (Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), Rhenald merupakan founder Rumah Perubahan, sebuah yayasan yang aktif menerima dan memberi advis para tokoh perubahan.
Rhenald Kasali merupakan penulis produktif, telah menghasilkan lebih dari 40 buku ilmiah, khususnya di bidang manajemen dan perubahan. Buku-buku mutakhirnya yaitu Series on Disruption (serial disrupsi) yang menjadi national bestseller, misalnya: Reinventing, Tomorrow Is Today, Self Driving, Change Leadership, Strawberry Generation, Curse to Blessing, dan Self Disruption. Bila Anda seorang praktisi pendidikan, manajemen, bisnis perdagangan, dan lain sebagainya, Anda baiknya baca buku-buku serial ini. Buku-buku ini akan membuka wawasan Anda tentang era disrupsi, sebuah era kekinian yang ditandai dengan inovasi dan perubahan yang sangat cepat dan tak terduga. Siapa pun yang tidak bisa beradaptasi dengan perubahan itu, masih menggunakan pendekatan-pendekatan lama, merasa berada di zona nyaman, bekerja sekedar formalitas dan cenderung konservatif, ia akan tertinggal dan terkena seleksi alam.
Dampak disrupsi sangat jelas. Di bidang transportasi, banyak perusahaan taksi dan armada konvensional yang gulung tikar setelah bermunculan alat transportasi berbasis online. Di bidang telekomunikasi, wartel (warung telekomunikasi) yang marak di tahun 1990an, langsung hancur tak tersisa pasca kehadiran telpon genggam (handphone). Selanjutnya, warnet yang sempat menjamur pun terancam keberadaannya sedikit demi sedikit, setelah akses internet berada di genggaman setiap orang dengan smartphone-nya.
Yang paling hangat, kasus RCTI, stasiun televisi swasta pertama yang kini berada di bawah MNC Group milik Hari Tanoe ini melayangkan gugatan Undang-undang Penyiaran ke Mahkamah Konstitusi. Ini karena stasiun tv swasta tersebut merasa terancam eksistensinya dengan maraknya penyiaran melalui media sosial dan internet, utamanya kanal Youtube. Inilah bagian dari fenomena nyata dampak dari era disrupsi. Dengan membaca buku-buku seri disrupsi ini, semoga Anda tidak ikut jadi korban. Buku-buku serial disrupsi sengaja disinggung karena gelombang disrupsi teknologi telah merambah hingga ke ruang-ruang keluarga, mengubah pola hubungan anak dan orang tua. Karena itulah, buku Sentra ini dihadirkan.
Satu Balita dan Enam Pengasuhnya
Mengawali tulisannya, Rhenald mengkisahkan kejadian unik di sebuah restoran di Bali. Satu keluarga dibuat heboh oleh seorang balita yang tidak bisa makan dengan tenang. Anak itu bahkan naik di atas meja panjang itu, dengan tangisan nyaring. Dua babysitter, kakek dan neneknya tidak dapat menenangkannya. Anak itu cukup tenang setelah diberi gawai untuk bermain game. Namun, ketika disuapi sesendok makan oleh tantenya, anak itu kembali membuat ulah, ia menampik dan membuat nasi berceceran di lantai. Papanya masih terlihat sibuk dengan gawainya. Mamanya akhirnya ikut bangkit berdiri, menurunkan anak itu dari meja makan dan menggendongnya sambil memarahi dua asisten ayang dianggapnya kurang becus mengurus buah hatinya. Keadaan sedikit bisa lebih tenang. Lengkap sudah enam orang ikut turun tangan. Sayangnya, tak lama setelah diturunkan dari gendongan, anak itu berlari-lari sambil tertawa sendirian dan tak berarturan, menabrak pengunjung restoran yang sedang membawa makanan ke meja masing-masing.
Fenomena tersebut kerap terjadi di kalangan pasangan muda di negeri ini. Mereka cenderung menyerahkan pengasuhan anak kepada orang lain dan sangat bergantung dengan keberadaan babysitter. Ini, kata Rhenald, berbeda dengan anak-anak dari kebanyakan negara lain yang tidak biasa dengan bantuan orang lain. Kita bisa menyaksikannya di hotel-hotel atau bandara, bangsa-bangsa lain yang bepergian tanpa babysitter. Anak-anak mereka diajarkan hidup mandiri, bila sudah bisa berjalan, anak tidak digendong atau sekedar dituntun. Buku ini diharapkan bisa membuka wawasan bagi para orang tua dan guru dalam mendidik anaknya.
Apa Itu Metode Sentra?
Metode Sentra pertama kali dikenalkan dan dikembangkan di Indonesia oleh Wismiarti Tamin, pendiri Sekolah Al-Falah di Cipayung. Di sekolah ini, Wismiarti mengembangkan BCCT (Beyond Centers and Circle Time). Wismiarti mengenal dan belajar metode ini dari Dr. Pamela C. Phelps, seorang pakar pendidikan asal Florida, Amerika Serikat, yang sudah lebih dari 40 tahun menggeluti dunia PAUD.
Metode Sentra tidak sekadar mengajarkan ilmu-ilmu standar seperti matematika (berhitung), ilmu alam, bahasa, dan sejenisnya. Sebab anak-anak harus dilatih ilmu kehidupan yang memungkinkan, sebagaimana kata Jean Pieget, mereka merasakan dan menemukan sendiri masa depan itu.
Di Metode Sentra, semua ilmu pengetahuan tidak diajarkan, melainkan ditemukan sendiri oleh anak melalui pengalaman bermaian dan kerja proyek yang direncanakan gurunya. Jadi, sebelum hadir di kelas, guru harus sudah menyiapkan rencana pengajaran. Lesson plan dibuat per individu dan dievaluasi setiap hari. Evaluasi tidak harus menunggu saat pembagian rapor. Dalam Metode Sentra, perkembangan anak dimonitor setiap waktu dan secara menyeluruh, tidak hanya aspek akademik, tapi juga kemampuan fisik, sikap dan perilaku (hlm. 43). Karena itu, di Metode Sentra, anak-anak belajar melalui aneka macam permainan.
Sosok Wismiarti Tamin
Kehadiran Metode Sentra di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sosok Wismiarti. Ada satu hal menarik yang perlu disinggung tentang Wismiarti Tamin. Perempuan kelahiran Bukit Tinggi ini berlatar belakang dokter gigi. Wismiarti pernah menjabat sebagai Direktur Pengawasan Doping DKI Jakarta (1996-1998). Namun, jabatan prestisius tersebut ditingalkannya hijrah ke dunia pendidikan. Jadi, ia termasuk sebagaimana disebut oleh Ayah Edy dengan orang yang salah jurusan tapi sukses.
Wismiarti mantap hijrah melepaskan jabatannya itu dipicu oleh keprihatinannya saat melakukan seleksi anggota tim senior di Laboratorium Doping sebagai bagian dari persiapan Jakarta menjadi tuan rumah PON XIV pada 1996 dan Sea Games XIX pada 1997. Dari 200 orang pendaftar dengan basis pendidikan tinggi hingga S-3 bidang Biokimia dan Farmasi dan sebagian dari mereka lulusan luar negeri.
Singkat kata, dari 200 orang itu, ternyata yang dinyatakan lolos oleh tim penyeleksi hanya dua orang. Salah satu penyebab kegagalan mereka lolos tes adalah soal konsistensi, ucapan tidak selaras dengan perbuatan.
Hal itu, menurut para pakar disebabkan oleh kurang tepatnya pendidikan yang mereka tempuh atau dapatkan dari lingkungan dan keluarga pada usia dini, dimana menurut Wismiarti, ada tiga guru bagi anak, yaitu guru di sekolah, orang tua di rumah, dan lingkungan. Karena itu, Metode Sentra tidak hanya dijalankan di sekolah oleh guru, melainkan juga harus di rumah oleh orang tua.
Dalam penerapan Metode Sentra, sebuah sekolah tidak mungkin tanpa melibatkan orang tua. Karena itu, di Sentra, semua orang tua wajib mengikuti Program Pelatihan Guru dan Orang Tua (PPOT), tanpa kecuali. Sebab orang tua harus bisa menjadi guru untuk anak-anaknya saat di rumah, sehingga mereka orang tua mutlak harus memahami konsep pendidikan anak dengan Metode Sentra.
Dalam Metode Sentra, tes IQ (Intelligence Quotient) tidak cukup untuk mengukur kecerdasan seseorang. Karena pada kenyataannya, IQ seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan kesuksesan seseorang. Kerap hasil tes IQ malah menjadi alat pembunuh bagi masa depan anak. Sebab, tes IQ menjadikan parameter kecerdasan pada otak dalam hal memori dan analisis matematis, padahal kecerdasan manusia lebih luas dari itu. Maka dibutuhkan sebuah parameter kecerdasan yang lebih komprehensif.
Karena itu, Metode Sentra menggunakan pendekatan Multiple Intellegences (kecerdasan majemuk) yang dikembangkan oleh Howard Gardner. Menurut Gardner, seorang anak memiliki banyak kecerdasan yang perlu dibangun secara seimbang. Tujuh kecerdasan tersebut yaitu linguistic (kecerdasan berbahasa), logical mathematical (logika matematika), musical (musik), bodily-kinesthetic, spatial, interpersonal, intrapersonal, naturalist, kecerdasan existential, dan keceerdasan spiritual. Sebagaimana kata Wismiarti, kesemua kecerdasan itu dibangun bersama-sama. Tujuannya, agar setiap anak memiliki kecerdasan tersebut secara seimbang. Tidak hanya menjadi kunci sukses, tetapi juga kunci hidup bahagia. Dalam buku ini, disebutkan juga tabel ciri-ciri masing-masing kecerdasan tersebut untuk mendeteksi Multiple Intellegences pada anak (hlm. 304).
Selain menggunakan pendekatan MI, Metode Sentra juga menggunakan konsep 7 life skills essentials yang dikembangkan oleh Ellen Galinsky, seorang profesor di Bank Street College, New York. Konsep ini merupakan pengembangan dari teori multiple intellegences. Menurut Ellen, seorang anak diharapkan bisa memiliki 7 keterampilan kunci, yaitu (1) Focus and self control, (2) Perspective taking, (3) Communicating, (4) Making connections, (5) Critical thinking, (6) Taking on callenges, dan (7) Self–directed, engage learning. Penjelasan lebih mendalam terkait hal tersebut Anda bisa membaca buku ini.
Untuk bisa menguasai dan menerapkan Metode Sentra, tentunya Anda tidak cukup hanya dengan membaca buku ini. Buku ini ibarat gerbang yang membuka cakrawala dan wawasan kita tentang keanekaragaman dan perkembangan metode belajar-mengajar di era disrupsi ini, agar tidak terbelenggu pada gaya-gaya lama. Sebab, kehidupan manusia bersifat dinamis, terus berkembang. Anda dituntut mengikuti training dan belajar secara langsung dan intensif kepada Wismiarti Tamin dan timnya di Sekolah Al-Falah BCCT Jakarta.
Buku setebal 346 halaman ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan Rhenald Kasali dan istri, Elisa Kasali di sekolah Al-Falah milik Wismiarti dikemas dengan gaya bahasa populer dan renyah. Selain itu, buku ini dikemas dengan cover berwarna biru yang menarik, dengan isi buku kombinasi kertas berwarna jingga, sehingga membuat pembaca nyaman. Buku yang diterbitkan Rumah Perubahan bekerjasama dengan Mizan Bandung pada September 2019 ini bisa dikatakan bestseller. Terbukti pada Desember 2019 sudah masuk cetakan kedua. Selamat membaca.[]
*) Masyhari, Sekretaris Pimpinan Cabang ISNU Kabupaten Cirebon dan Dosen IAI Cirebon